JudulCerpen : Demi Kesembuhan Anakku Di sebuah desa nan terpencil, hidup sebuah keluarga yang terdiri dari seorang anak dan ibu (Marniah). Sang suami telah meninggal dunia semanjak setahun yang lalu. Sehari-hari, sang Ibu bekerja sebagai pengumpul barang bekas untuk kembali dijual.
Yah mereka selalu berharap banyak orang mati setiap hari agar banyak orang senang tiasa datang, tidak hanya 1, tapi 12, bahkan terkadang bisa sampai 30 orang. Mereka merindukan muka-muka orang bersedih yang telah kehilangan orang yang disayang. Salah kah? Tentunya tidak! (bagi mereka). Kalau tidak begitu bagaimana mereka akan menafkahi keluarganya?
Inilahcerpen membahagiakan orang yang disayang dan ulasan lain mengenai hal-hal yang masih ada kaitannya dengan cerpen membahagiakan orang yang disayang yang Anda cari. Berikut ini tersedia beberapa artikel yang menjelaskan secara lengkap tentang cerpen membahagiakan orang yang disayang. Klik pada judul artikel untuk memulai membaca.
CerpenKehidupan Rabu, 05 Desember 2018. Rupanya nasib kita sama, kita sama-sama kehilangan orang-orang yang kita cintai aku turut bersedih dengan kejadian yang Ibu alami." Adlan berkata kepada Ibu Rita. ia ingin membuatkan sarapan untuk anak angkatnya yang semakin hari semakin disayang olehnya. Walaupun dirumah ini beliau mempunyai
Danbiasanya cerita fabel selalu mempunyai hikmah dan pesan moral yang baik yang disampaikan di dalamnya. Berikut adalah salah satu cerita fabel yang bisa Anda ceritakan kepada anak-anak: Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga serigala yang terdiri dari ibu serigala, ayah serigala, dan anak mereka, si Abu-abu.
BacaJuga: Cerpen: Surat untuk Papa. Reni berusia 10 tahun. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya, paman dan adiknya. Baik di rumah maupun di sekolah, Reni selalu lincah dan riang. Karena itu tak mengherankan jika teman-teman sekelasnya memilih dia ikut dalam regu kasti sekolah mereka. Di rumah Reni juga sangat disayang karena rajin membantu.
uV86ycC. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. "Kematian merupakan sebuah kepastian. Tidak ada manusia yang bisa menjawab rumus kematian dengan pasti. Serahkan segala-galanya kepada Allah SWT." Nasihat Ummi Aisyah seraya membelai bahu Friska dengan hanya menundukkan kepala dan menahan isak tangis yang menyesakkan dadanya. Satu tahun lalu dia kehilangan ibunda karena kecelakaan tragis. Kini dia pun harus kehilangan ayah yang digerogoti penyakit yang mematikan. Menyesal? Ya ... penyesalan Friska membuatnya terpuruk. Seharusnya dia tidak bersikap tidak adil pada ayah. Dia seharusnya menemani dan merawat ayah sejak kepergian bunda. Sikapnya yang membenci ibu tiri dan adik tirinya pasti sangat melukai hati Ayah dan pasti menambah berat penyakitnya itu. Namun, hati Friska tetap tidak bisa menerima kehadiran dua orang yang telah menyakiti hati bundanya. Setelah dirawat selama lima hari di ruang ICU Rumah Sakit Cinta Kasih, ayah menyerah. Padahal selama ini dia tidak pernah mengeluh tentang penyakitnya."Sebentar lagi, ambulans yang membawa jenazah Tuan akan tiba, Mbak Friska," ujar Pak Ujang memberitahukan."Ya, Pak Ujang. Terima kasih. Saya akan ke depan," jawab Friska seraya bangkit. Ummi Aisyah menemani menunggu jenazah Ayahnya di ruang tamu. Di sana sudah ada beberapa pelayat yang menunggu. Saat melihat Friska, mereka bangkit dan menyalaminya serta menguatkan hatinya. Friska hanya bisa mengucapkan terima kasih kepada mereka. Tak lama kemudian mobil jenazah datang di pelataran rumah Friska. Dia melihat Bu Fitria, ibu tiri dan Raihan, adik tirinya turun dari bagian belakang. Mereka mendekati Friska yang berada di ruang tamu."Sabar ya ... Friska. Ayah sudah tenang di sana." Bu Fitria memeluk Friska seraya menangis. "Kakak, kita ikhlaskan Ayah pergi, ya," ujar Raihan 1 2 3 Lihat Fiksiana Selengkapnya
KEHILANGAN Kau tau, hampir semua orang pernah kehilangan. Ada yang kehilangan sebagian tubuhnya, kehilangan kasih sayang orang tua, kehilangan pekerjaan, kehilangan benda-benda berharga, kehilangan sahabat maupun kekasih. Dalam ukuran tertentu, kehilangan yang dialami orang lain mungkin jauh lebih menyakitkan. Tetapi kita tidak sedang membicarakan ukuran relatif kurang atau lebih, karena semua yang namanya kehilangan itu menyakitkan. Elsya Aulia mahasiswa yang merantau dari Bogor ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Gajah Mada UGM mengambil jurusan Geologi. Tidak ada yang spesial dari kehidupannya. Elsya hanya perempuan biasa, parasnya cantik, kulitnya putih, tingginya 165 cm, Elsya tak suka make up layaknya perempuan seusianya, Elsya lebih suka traveling dan photography. Pergi minum kopi sebelum berangkat kuliah adalah kebiasaan Elsya, duduk di meja no 8 dan mulai menikmati secangkir kopi hangat. Kala itu, bersama takdir yang sangat baik. Elsya dipertemukan dengan seorang pria, pria itu menghampirinya dengan penuh senyuman, seolah-olah telah mengenali Elsya begitu lama. Elsya tak pernah mengenalinya. "Siapa pria ini? Apa dia mengenaliku? Kenapa dia tersenyum padaku?" Elsya bingung. "Apa saya boleh duduk bersamamu?" tanya pria itu. "Boleh" jawabku singkat. Elsya buru-buru menghabiskan kopi pesanannya. Sial!! kopinya masih panas. "Bodo amat, yang penting bisa cepat-cepat pergi" cetusnya dalam hati. "Masih panas jangan diminum, kasian bibirmu" ujar pria itu sambil menyingkirkan kopi itu dari mulutnya. "Tak usah buru-buru, saya tidak akan melakukan macam-macam padamu" sahutnya lagi. Elsya hanya diam dan melihatnya geram. 5 menit berlalu tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut pria itu, Elsya pun masih tetap diam sambil menunggu kopinya agar tidak sepanas tadi. "Elsya" ujar pria itu. Elsya terkejut kenapa pria itu tau namanya. "Elsya Aulia kan?" sahutnya lagi. "Ah ternyata memang benar" ucapnya sambil senyum dan mulai menyeruput kopi hangatnya. "Kenapa kamu tau namaku?" "apa kita pernah bertemu sebelumnya?" "apa kita pernah saling mengenal?" Saking penasarannya, banyak sekali pertanyaan yang ditanyakan oleh Elsya. Pria itu malah tersenyum dan memandang Elsya cukup lama. Padahal Elsya sangat menunggu jawaban itu. "Kita dulu pernah satu sekolah. Kamu mungkin tidak ingat, tapi saya ingat karena dari dulu saya menyukaimu hingga sekarang. Maaf telah membuatmu terkejut hari ini, tapi ini sungguhan. Saya tidak pernah menyukai perempuan lain selain dirimu Elsya" ucapnya panjang lebar. Pernyataan pria ini makin membuat Elsya kebingungan. Elsya tak mengenali sosok pria yang ada di depannya ini, Elsya mencoba mengingatnya tapi percuma Elsya tak mengingat apapun, apalagi memori tentang pria yang ada di depannya. Elsya terlihat kebingungan. "Elsya dulu waktu SMA kita pernah satu sekolah, kita memang tak pernah satu kelas, tpi dulu kamu pernah membantuku." ujar pria itu. "Membantu apa?" tanya Elsya. "Saat itu tanganku berdarah, aku pergi ke UKS tapi tidak ada yang bersedia membantu, tapi kamu dengan ikhlas mau membantuku, padahal kamu bukan penjaga UKS hari itu. Kamu baik, kamu cantik, kamu pintar, aku suka" Jelasnya. Saat itu juga Elsya ingat "Ohh iya, aku mengingatnya, waktu itu kamu nangis sambil pegang tangan kamu yang berdarah" sahut Elsya semangat. "Hahaha iya itu dulu Elsya, namaku Reza Pradana" memperkenalkan diri. " Namaku Elsya Aulia, kamu sudah tau sebelumnya" jawab Elsya. Kala itu Elsya dan Reza menjadi teman baik. Bertukar cerita tentang traveling, photography serta bisnis. Elsya dan Reza sering bertemu di sela-sela kuliah, menghabiskan waktu berdua di hari weekend. Banyak yang dilakukan hari itu, makan bareng, nonton film bareng, dan pergi ke tempat-tempat yang cukup unik. Layaknya dua insan yang sedang kasmaran, kemana-mana selalu barengan, satu hari tak bertemu pun sudah rindu haha. Elsya tak menyangka kalau dirinya telah jatuh pada Reza. Karena terbiasa berteman,bertemu,berbagi suka duka dan menjadi pendengar yang baik, kemudian rasa suka itu ada karena Elsya percaya, Reza adalah sosok yang luar biasa. Sosok yang selama ini Elsya cari. "Reza aku menyukaimu" suaranya lembut. Begitulah takdir, kalau memang saatnya, ada saja cara yang Tuhan berikan. Aku beruntung bisa bertemu dengan sosok pria yang baik, mau mengerti, tak egois, namun tegas. Reza mungkinkah kamu pria yang di janjikan Tuhan untuk menjagaku, mendampingiku, menuntunku ke jalan yang lebih benar? Aku berharap "iya". Elsya dan Reza menjalankan hubungan ini begitu santai, namun yakin akan sampai pada tujuan. Terlebih lagi kedua orang tua mereka menyetujui hubungan ini. Mereka merasa dunia sedang berpihak pada mereka. Indah sekali. Tidak pernah rasanya tidak jatuh cinta padanya setiap hari. Reza berbeda dengan pria yang lainnya. Ada saja setiap harinya yang membuatku tidak bosan mencintainya. Reza aku harap kamu selamanya seperti ini. 'Tidak ada yang lebih indah selain dua orang yang bertemu karena saling menemukan, sama-sama berhenti karena telah selesai mencari, tak ada yang pergi sebab tahu sulitnya mencari' Inilah yang selalu aku dan reza tanamkan. Hingga suatu hari di dalam perasaan yang semakin yakin tentang sebuah pilihan masa depan. Aku dan Reza mulai membahas tentang pernikahan, mulai dari biaya pernikahan yang harus di tabung, rumah yang harus dicicil dan usaha yang harus dibangun. Pernah suatu hari Elsya bermimpi tentang Reza. Reza meninggalkannya tanpa sepatah katapun, Elsya mulai khawatir akan mimpinya, Elsya takut ini akan terjadi. Namun, Reza selalu meyakinkannya. Bahwa dia tidak akan berkhianat ataupun meninggalkan Elsya. Reza selalu meyakinkannya dengan hal-hal yang sederhana yang bisa dia lakukan. Tapi entahlah, semakin Reza menunjukannya, Elsya semakin merasa takut kehilangan. Sampailah pada waktu kami jarang bertemu. Kami sibuk dengan kesibukan masing-masing. Tapi kami juga masih memberi kabar setiap hari. Kami mengerti satu sama lain, kami paham betul dengan kesibukan kami masing-masing. Kami hanya bertemu melalui video call setiap harinya. Hingga akhirnya Reza memberiku sebuah trip ke Banyuwangi, sebagai pelepas lelah dan penat pada saat itu. Bahagianya punya seseorang yang sangat mengerti. Tuhan terima kasih telah menghadirkanya untukku. Aku merasa menjadi salah satu wanita yang beruntung di dunia ini. Satu minggu sebelum pergi ke Banyuwangi. Reza memintaku untuk menemaninya nonton pertandingan bola di GBK, sedikit dipaksa karena aku memang tak begitu suka menonton bola. Tapi demi Reza aku nonton bola untuk yang pertama kalinya. Waktu terus berjalan, hingga hampir tiba saatnya pergi liburan ke Banyuwangi, anehnya perasaan ini tidak yakin ingin pergi, rasanya takut. Entah apa yang di takuti, tapi tetap saja rasanya takut. Reza meyakinkanku bahwa tidak akan terjadi apapun, semuanya akan berujung indah. Sebelum berangkat liburan, aku dan Reza berbelanja kebutuhan dulu untuk keperluan kita nanti di sana. Aku dan Reza berbelanja makanan, baju, dan kebutuhan lainnya. Sampailah di detik-detik aku dan Reza pergi liburan bersama. Aku dan Reza telah bertekad bertemu langsung di bandara. Di jam WIB aku sampai di Terminal 2 Soeta dan menunggu kedatangannya. Jam dia memberiku kabar "iya sayang, bentar lagi aku sampai, tunggu aku". Kemudian hilang, aku masih mencoba tenang, karena aku berfikir dia pasti mampir ke Mushola untuk menunaikan solat subuh. Mencoba tenang dan yakin dia akan sampai sebentar lagi. Itu yang selalu aku fikirkan. Jam aku gelisah tidak karuan, "kemana Reza kenapa belum sampai?" Ucapnya. Aku merasakan hal yang tidak baik, hati ini semakin gelisah, handphonenya tidak aktif sulit di hubungi. Aku mulai mencarinya ke semua orang. "Reza kamu dimana" sambil menahan tangis. Saat itu aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berlari, menangis, dan berteriak. Setelah 6 jam tak kunjung menemukan kabar tentang Reza. Aku pun pasrah, hampir menyerah. Hingga akhirnya, aku mendapat kabar bahwa Reza telah mengalami kecelakaan saat menuju bandara. Langsung seketika hati ini rubuh seakan-akan tersambar petir yang dahsyat. Mencoba mengendalikan diri, menguatkan hati dan pikiran. Aku yakin Reza baik-baik saja. Aku menemui Reza di Rumah sakit, aku yakin dia pasti ada di IGD tapi ternyata... Ruang jenazah yang dingin, dibalut kain putih, sekujur tubuh yang kaku, suasana yang sunyi, Reza kini ada di sana. Sesak rasanya, seperti ada lubang besar yang tiba-tiba terbuka dalam diri ini. Ingin sekali berteriak, tapi sesak. Sakit Ya Tuhan. Hancur lebur. Seperti tersambar petir disaat cuaca sedang baik-baik saja, seperti bunga yang di petik ketika mekar, seperti jantung yang diambil secara paksa. Sesak rasanya melihat dia pergi untuk selama-lamanya. "Ya tuhan, apa salahku?" "Mengapa begitu cepat kau ambil bahagiaku?" "Kembalikan dia Ya Tuhan" Hingga akhirnya aku melihat dia, memandanginya begitu lama dan berbisik "Kenapa pergi disaat belum menepati janji? Yuk ikut aku pulang, aku sudah jemput kamu, tapi kamu bangun dulu ya?" "Ayo bangun Reza". Aku terus memohon, padahal aku tau sampai kapan pun Reza tidak akan bangun kembali. Hari itu aku melihat wajahnya yang indah. Tampan sekali. Aku akan menemanimu sampai tubuhmu ditutupi tanah sayang. Aku akan menemanimu hingga akhir sebelum besoknya aku menjadi orang gila karena kehilanganmu. Di hari kedua tanpamu, sakit rasanya menyadari bahwa kamu tidak akan pernah kembali di sampingku, hidup ini mendadak berubah tanpamu Reza. Banyak pertanyaanku yang belum kamu jawab. Aku kehilangan arah tanpamu Reza. Tidak ada yang baik-baik saja. Dari dua hati yang pernah bahagia bersama, lalu berpisah karena berbagai hal mau tak mau harus diterima. Berbulan-bulan aku masih bergelut dengan takdir, menanyakan ketidakadilan yang terjadi. Tapi aku sadar semuanya tidak akan kembali seperti dulu. Reza pasti marah melihatku yang rapuh seperti ini, Reza tau aku wanita yang kuat. Sampailah pada waktu aku bisa merelakan tapi belum sampai tahap mengikhlaskan. Aku mulai mencoba mengikhlaskan dia. Aku mencoba tersenyum bahagia. Reza pasti sudah tenang di sana. Aku tidak boleh sedih lagi. Masih ada masa depan yang harus diperjuangkan, banyak masa depan cerah yang sedang menunggu untuk digapai. Terima kasih untuk kamu yang pernah membagi kisah denganku, berbagi canda dan tawa di setiap waktu, hal itu yang selalu membuatku mengingat sosokmu lagi. Bahkan sampai saat ini pun aku merasa kamu masih ada di dunia ini. Tuhan mentakdirkan kita sesingkat ini Reza. Tapi, aku tetap bersyukur karena telah mengenalmu. Kita tak lagi di beri kesempatan untuk saling bertemu lagi. Aku, kamu bisa apa. Jika kala itu takdir Tuhan telah memanggilmu untuk pergi selamanya, meninggalkanku, orangtuamu, sahabatmu, dari dunia yang fana ini. Rasanya sedih sekali bahwa hatiku masih tertuju padamu yang pasti tidak akan pernah menemuiku lagi. Aku senang menjadi wanita yang menemani di akhir hidupnya. Reza sosok yang luar biasa bagiku, selalu ingin menjadi yang terbaik dalam setiap hal yang bisa dia lakukan. Aku akan tetap menjalankan hidup tanpamu Reza. Terima kasih telah memilihku kala itu, ternyata aku cukup kuat kehilanganmu. Tuhan selalu punya alasan terhadap hal apapun yang terjadi. Termasuk antara kau dan aku. Ini mungkin yang dikatakan bahagia sesungguhnya, bahagia ketika terlepas dari hal yang selama ini menyesakan dada dan membuat terpuruk terus menerus. Akhirnya aku menemukan jalan damai itu, berdamai dengan masa lalu dan diri sendiri. Semua orang akan pergi, hanya saja waktunya yang berbeda. Reza sudah bahagia disana. Tempatnya insyaalloh indah. Terima kasih telah membuat cerita hidup sehebat ini. Al-fatihah.
8 Cara Mengatasi Trauma Kehilangan Orang TersayangKehilangan orang tersayang menjadi salah satu momen terberat dalam hidup. Tidak hanya menimbulkan luka mendalam, rasa kehilangan orang tersayang dapat berkembang menjadi trauma yang memengaruhi kesehatan mental. Efek trauma kehilangan orang tersayang terhadap kesehatan Duka cita akibat rasa kehilangan harus segera ditangani. Apabila dibiarkan berlarut-larut, kondisi tersebut dapat berefek buruk bagi kesehatan fisik, emosi, dan mental. Berikut sejumlah efek trauma kehilangan orang tersayang yang perlu diperhatikan. 1. Perubahan perilaku Perubahan perilaku sering terjadi pada mereka yang baru saja kehilangan orang tersayang. Awalnya, mereka akan menarik diri dari aktivitas yang biasa dilakukan atau disukai. Kesedihan pun cenderung diatasi dengan perilaku yang merusak, seperti minum alkohol atau memakai narkoba. Dalam kasus yang parah, kesedihan dapat meningkatkan risiko bunuh diri. 2. Melemahnya sistem imun tubuh Trauma kehilangan orang tersayang bisa membuat lebih Anda rentan terhadap penyakit. Ini disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh selama Anda berlarut dalam kesedihan. Selain itu, kesedihan juga dapat menurunkan nafsu makan dan kualitas tidur. Jika keduanya tidak terjaga dengan baik, risiko timbulnya penyakit akan semakin besar. 3. Meningkatnya risiko depresi Depresi merupakan salah satu efek trauma kehilangan yang paling sering terjadi. Kondisi ini disebabkan oleh kesedihan yang berlarut dan tidak segera ditangani. Apabila sudah parah, gangguan mental ini dapat mengganggu kemampuan untuk beraktivitas. Selain itu, depresi juga meningkatkan risiko percobaan bunuh diri. Melihat efek yang bisa terjadi, penting untuk memahami cara mengatasi trauma kehilangan orang tersayang. Konsultasikan ke dokter jika aktivitas Anda mulai terganggu akibat rasa kehilangan. Cara mengatasi trauma kehilangan orang tersayang Mengatasi rasa kehilangan tentu tidak semudah yang dibayangkan. Setiap orang memiliki waktu tersendiri hingga bisa kembali ke kondisinya semula. Namun, ada beberapa cara yang bisa Anda coba untuk mengatasi trauma kehilangan orang tersayang. 1. Beri diri waktu untuk menerima Pada 1969, seorang psikiater asal Amerika-Swiss, Elisabeth Kübler-Ross, mencetuskan teori yang dikenal sebagai lima tahapan kesedihan. Mengutip University of Washington Counseling Center, tahapan ini terdiri dari penolakan, marah, kompromi, depresi, hingga penerimaan. Setiap orang bisa mengalaminya dalam bentuk dan intensitas yang berbeda-beda. Melihat tahapan tersebut, pergolakan emosi akibat kehilangan orang tersayang merupakan kondisi yang wajar terjadi. Anda hanya perlu memberi waktu bagi diri sendiri untuk melewati semuanya hingga akhirnya pulih. 2. Luapkan perasaan Memendam perasaan akibat kehilangan akan membuat Anda terus larut dalam kesedihan. Agar bisa pulih dengan cepat, cobalah untuk meluapkannya. Anda boleh meluapkan perasaan dalam bentuk tangisan atau amarah, asalkan membuat perasaan menjadi lebih lega serta tidak menyakiti diri sendiri maupun orang lain. Dengan begitu, kesedihan yang dirasakan akan berkurang dengan lebih mudah. 3. Ekspresikan emosi dengan cara kreatif Mengekspresikan perasaan dengan kegiatan tertentu juga dapat membantu menghapus rasa sedih. Sebagai contoh, jika Anda senang menulis, coba salurkan kesedihan yang dirasakan menjadi sebuah tulisan, cerita, puisi, atau sejenisnya. Cara lain seperti yang dapat dicoba antara lain menggambar wajah orang tersayang, menciptakan lagu, atau membuat pernak-pernik yang berkaitan dengan orang tersayang. Dengan begitu, kesedihan akan berangsur berkurang tanpa harus menghilangkan kenangan. 4. Mencari dukungan dari orang terdekat Menghadapi trauma kehilangan bisa terasa lebih mudah jika dilakukan bersama-sama. Jadi, jangan ragu mencari dukungan orang terdekat apabila Anda merasa kesulitan untuk melewatinya. Sebagai contoh, Anda bisa bercerita kepada sahabat atau anggota keluarga. Beri tahu mereka apa yang Anda rasakan supaya hati dan pikiran dapat terasa lebih baik. 5. Mencari support group Jika keluarga dan sahabat belum cukup membantu mengatasi rasa sedih, cobalah bergabung ke support group yang berisikan orang-orang dengan kondisi serupa. Di dalamnya, Anda bisa saling berbagi cerita. Selain meluapkan kesedihan, Anda juga dapat bertukar pikiran soal cara mengatasi trauma kehilangan orang tersayang. Dari cerita tersebut, pilihlah metode yang sesuai dengan Anda. 6. Melakukan kegiatan baru yang menyenangkan Cara ini dapat membantu menghilangkan rasa kehilangan dengan mengalihkan pikiran dari stres dan kesedihan. Beberapa kegiatan menyenangkan yang bisa dicoba, seperti berkemah, traveling, berkebun, memasak, atau berolahraga. Untuk hasil yang lebih maksimal, lakukan kegiatan-kegiatan yang disukai secara rutin. Dengan begitu, rasa sedih akan luntur seiring waktu. 7. Memperdalam agama bagi yang meyakininya Ada beragam peran agama bagi kesehatan mental. Oleh karena itu, bagi umat beragama, mengatasi duka cita dapat dilakukan dengan cara mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Lakukanlah kegiatan spiritual seperti berdoa, bermeditasi, atau pergi ke tempat ibadah. Beribadah dapat membuat Anda lebih tenang dan kembali optimistis terhadap kehidupan. 8. Konsultasi dengan psikolog atau psikiater Jika Anda sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi kesedihan tapi tidak ada hasilnya, cobalah berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Melalui konseling kejiwaan, penanganan bisa diberikan sesuai penyebabnya. Untuk menghilangkan rasa kehilangan, Anda mungkin perlu menjalani sejumlah terapi. Obat-obatan juga dapat diberikan jika kesedihan mulai menggangu kesehatan mental. Beragam cara mengatasi trauma kehilangan orang tersayang Menerima keadaan dan memberi waktu bagi diri untuk pulih. Meluapkan perasaan. Mengekspresikan emosi dengan kegiatan yang bermanfaat. Mencari dukungan dari orang terdekat seperti sahabat dan keluarga. Bergabung dengan support group yang mengalami kondisi serupa. Melakukan kegiatan baru yang menyenangkan. Memperdalam agama bagi yang meyakininya. Berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
Pasangan selebritis Rizky Febian dan Mahalini belakangan ini menjadi sorotan netizen, usai keduanya memilih untuk lamaran. Tentu saja, netizen menyoroti langkah Mahalini yang disebut-sebut bakal pindah agama jika menikah dengan Rizky Febian. Kekinian, Rizky Febian bagikan asalannya melamar sang kekasih Mahalini. Alasan itu diungkap saat menjadi bintang utama di BNI Java Jazz Festival 2023 pada hari ketiga JIExpo Kemayoran Jakarta, Minggu 4/6/2023. Baca JugaBakal Cerai, Heboh Kabar Dugaan Desta Bakal Pindah Agama Hingga Natasha Rizky Hijrah Kembali Diungkit Saat sesi interaksi dengan penonton, pria yang disapa Iky itu membahas alasannya melamar sang kekasih, Mahalini pada 7 Mei 2023 lalu. "Saya pernah takut kehilangan orang yang saya sayang saat ini. Salah satu alasan kenapa kemarin saya mengikat dia, karena susah banget," ungkap Rizky Febian di atas panggung. Iky juga mengaku takut jika nantinya Mahalini tergoda pria lain serta ditikung orang kalau gak buru-buru di ikat. Makanya ia gerak cepat dengan melamar Mahalini. Dengan cara ini juga Iky ingin membuktikan keseriusannya kepada sang kekasih. "Karena saya takut, zaman sekarang kan gitu ya nanti ditikung orang, takut tergoda orang lain, makanya saya ikat aja biar nggak lepas, sekalian membuktikan keseriusan saya sejauh apa gitu," ujar Rizky Febian. Baca JugaCerai dengan Natasha Rizky, Isu Desta Bakal Pindah Agama Bikin Geger Dari Dulu Abu-abu "Mau diajak Mahalini, tapi lagi manggung di sebelah," katanya. Seperti yang diketahui, hubungan asmara Rizky Febian dan Mahalini sempat jadi pertanyaan untuk kedepannya. Pasalnya keduanya memiliki keyakinan yang berbeda.
Cerita tentang kehilangan suami karena virus corona adalah cerita mini atau cerpen pendek dengan judul rinduku sampai di kisah sedih prihal seorang istri dan dua anaknya yang mulai bisa menghapal doa masuk surga dan doa dihindarkan dari api lebih jelasnya tentang cerita mini atau cermin yang yang berjudul rinduku sampai surgaMu disimak saja kisahnya dibawah Rinduku Sampai Surga-Mu Author Islami DiniJalanan yang biasanya ramai, kini tampak atas pepohonan, burung-burung asyik berkicau, seolah menyuarakan pada dunia bahwa mereka sedang bahagia. Sekitarnya terasa lebih damai, polusi tak lagi banyak, tanpa tahu bahwa aku sedang melihat mereka dengan sorot sendu yang teramat hati aku membatin, seandainya kita tidak pergi waktu itu, mungkin kamu masih ada di sini melayang pada kurun waktu satu bulan terakhir.***"Jangan menyerah, ya, Mas. Aku, Adnan, dan Nissa menunggumu," lirihku dengan suara kurasakan sebuah ketakutan besar menghimpit dada saat ini, begitu sesak. Aku berusaha mati-matian menahan bulir air mata yang sudah menggenang. Tidak! Bagaimanapun aku harus kuat."Mas tahu kamu wanita hebat, Lia. Takdir adalah milik Allah. Apapun yang Allah takdirkan, kamu harus tetap jadi wanita hebat. Aku titip anak-anak, ya."Mas Aldo berucap dengan tatapan teduhnya. Seandainya makhluk kecil yang dinamai virus itu tidak menjangkiti tubuhnya , ingin sekali aku memeluk tubuh tegap itu. Namun, jangankan memeluk, mengecup punggung tangannya saja aku tidak bisa."Iya, Mas. Jangan lupa menghubungiku."Bersamaan dengan kalimat terakhir itu, Mas Aldo masuk ke dalam mobil ambulans. Meninggalkan tubuhku sendirian di tepi jalan yang harus menjadi wanita kuat seperti yang Mas Aldo mobil itu lenyap di tikungan jalan, segera aku melangkahkan kaki menuju rumah mungil yang selalu penuh saat ini, aku hanya bisa berdoa dan bertawakkal sepenuhnya untuk kesembuhan Mas Aldo dari Virus Covid yang menjangkit minggu berlalu. Hampir dua kali sehari Mas Aldo meneleponku untuk memberi kabar juga menanyakan keadaan anak-anak. Seperti pemandangan yang kulihat saat ini, di mana kedua anakku-Adnan dan Nissa-sangat bahagia bercengkrama bersama abinya."Abi, Abang udah hafal surat Al-Qiyamah lho. Kalau udah tamat juz dua sembilan, hadiahnya Abang tagih ya, he he."Kudengar Mas Aldo terkekeh pelan di sana. "Iya, Abang. Nanti, Abi titip hadiahnya ke Umi, ya.""Abi, Nissa juga udah hapal doa minta masuk Sulga dan dijauhin dali api nelaka. Tiap habis solat Nissa baca, bial nanti kita sama-sama di Sulga, ya, Abi." Nissa berucap dengan cadel yang belum hilang di usianya yang sudah enam sangat bangga pada Mas Aldo, berkat didikannya, anak-anak kami bisa tumbuh dengan penuh kecintaan akan sabarnya membangunkan anak-anak untuk bangun saat waktu tahajud, membacakan satu ayat setiap habis salat Magrib untuk dihapal, dan mengenalkan anak-anak pada tokoh-tokoh hebat islam. Ah, betapa aku sangat merindukanmu, Mas."Abiii ... kapan pulang? Nissa lindu Abi. Abi lama banget beljuangnya engga pulang-pulang," ucap Nissa dengan lirih, kulihat matanya sedikit belakang mereka berdua, diam-diam aku mengusap sudut mata yang sejak tadi basah."Adek, Abi kan lagi berjuang biar bisa bareng-bareng kita lagi. Adek harus sabar. Orang sabar itu disayang Tuhan. Iya, 'kan, Abi?""Seratus buat Abang. Abi tutup dulu, ya, udah masuk waktu Asar. Buat Nissa, jangan sedih, nanti kita pasti ketemu lagi. Wassalamu'alaikum jagoan dan kesayangan Abi.""Waalaikumussalam warahmatullah, Abi," ucap keduanya lalu menyerahkan handphone melihat layar handphone, tapi sambungannya sudah terputus. Padahal tadi aku dan Mas Aldo baru mengobrol harinya, setelah anak-anak tertidur. Aku memutuskan untuk menelepon kembali Mas Aldo. Rasa rindu ini terasa begitu mencekik hatiku, padahal baru tadi sore aku mendengar kali aku melakukan panggilan, tapi selalu berakhir dengan jawaban operator. Aku melihat jam yang menunjukkan pukul sembilan. Mungkin Mas Aldo sudah tidur, hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk aku terbangun karena dering pesan masuk dari Aldo[Assalamu'alaikum penuh duka, kami beritahukan bahwa pasien yang bernama Aldo Rifansyah telah meninggal dunia pada pukul saat .... ]Aku tidak mampu meneruskan membaca pesan itu. Pandanganku memburam oleh air mata. Kali ini aku tidak bisa menahannya lagi."Mas Aldo ... ," gumamku lirih."M-Mas Aldo, a-aku sedang bermimpi, kan," gumamku seraya memukul dada yang terasa tidak ingin seperti ini, bagaimanapun Mas Aldo harus tetap percaya bahwa aku wanita kuat."M-Mas Aldo ... saat aku merindukanmu semalam, apa mungkin kamu sedang berjuang mati-matian, Mas?" aku bermonolog seraya tak henti apapun aku berusaha, kehilangan sosok suami tak pernah menjadi sesuatu yang sederhana."Allah ... Allah ... beri aku keikhlasan."Pandanganku semakin berkunang-kunang, sesak dalam dada tak bisa kuhalau lagi sakitnya. Lalu yang tersisa tinggal kegelapan.***"Umi!" Panggilan Adnan menyentakku dari lamunan. Aku berbalik badan dan melihat anakku yang berumur delapan tahun itu tengah berlari-larian dengan adiknya."Adnan, Nissa, kenapa kejar-kejaran, hum?" Kuajukan pertanyaan saat keduanya sudah ada di berjongkok untuk menyamakan tinggi badan dengan Adnam melirik sekilas ke arah Nissa, juga sebaliknya. "Hei, ada apa dengan jagoan dan kesayangan Umi ini?" tanyaku lagi."Umi jangan melamun terus. Nanti Abang ajakin maen, deh. Biar Umi enggak bosen."Raffa berucap dengan mata teduhnya menatapku sendu, mata yang mengingatkanku akan mata teduh milik Mas Aldo."Umi juga halus banyak senyum, ya. Nanti Nissa janji bakalan bagi pelmen Nissa sama Umi."Aku menatap keduanya haru. Ya Allah, apakah rindu ini telah menggerogoti hatiku begitu dalam? Sampai aku melupakan ada yang masih harus aku bahagiakan?"Iya, Sayang. Umi enggak akan melamun lagi dan akan selalu tersenyum. Umi sayang Bang Adnan sama Nissa, sayaaang banget ...."Aku membawa keduanya dalam dekapan. Menyalurkan perasaan lega karena kehadiran mereka adalah alasan aku tetap aku akan tetap kuat demi jagoan dan kesayangan kita. Doakan kesehatan kami selama wabah covid ini melanda. Aku selalu merindukanmu, semoga di surga kita kembali
cerpen kehilangan orang yang disayang